Tanaman pangan, khususnya padi merupakan tanaman pokok yang diusahakan oleh sebagian besar petani di Indonesia. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam upaya memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, pemerintah mencanangkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang diimplentasikan pada periode 2007-2009. Melalui program ini, produksi beras ditargetkan meningkat lima persen atau setara 2 juta ton per tahun. Salah satu strategi yang ditempuh adalah pada tahun 2008 diharapkan dapat terselenggara Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di 60.000 unit. Strategi ini diharapkan dapat memperluas penyebaran pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program P2BN (Deptan, 2008).
Konsepsi tentang pendekatan PTT telah disosialisasikan sejak tahun 2001, bahkan PTT telah masuk ke areal program PMI (Peningkatan Mutu Intensifikasi) sejak 2003. Namun demikian PTT diintepretasikan berbeda, dan tidak segera dipahami oleh praktisi yang telah terbiasa menerapkan anjuran paket teknologi secara umum (blanked recommendation). Karena itu pengertian dan penerapan PTT perlu disosialisasikan secara intensif (Makarim, et al, 2004). Sosialisasi mengenai penerapan PTT dilakukan melalui pendekatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).
SLPTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani atau kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. SLPTT merupakan sekolah lapang bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi, sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi dalam menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan.
Dalam SLPTT petani dapat belajar di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan, menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya) dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi, yakni dengan memperhatikan karakteristik setiap daerah yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian diharapkan petani menjadi lebih terampil dan mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan nasional serta untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarga mereka. Namun demikian wilayah di luar SLPTT harus tetap dilakukan pembinaan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat (Dinas Pertanian Sukoharjo, 2008).
Pendekatan model PTT padi mempunyai banyak kelebihan, antara lain: permasalahan yang ada pada lokasi pengembangan diungkap bersama antar petani, penyuluh dan peneliti, selanjutnya dievaluasi dan dirumuskan pemecahannya dalam bentuk kegiatan pengembangan (demplot) yang dilakukan langsung oleh petani. Masalah-masalah yang belum terjawab atau mungkin terjadi akan dijawab dalam bentuk penelitian komponen teknologi (Zairin dan Toha, 2005). Dengan demikian paket teknologi harus dirakit secara insitu dengan mengutamakan introduksi dan renovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan petani sehingga petani akan berpartisipasi secara aktif. Selain itu juga memperhatikan pengaruh interaksi dan efek sinergisme antar komponen teknologi yang diterapkan. Tingkat produksi dan keuntungan ekonomi dengan rasionalisasi input serta kelestarian lingkungan (zero waste) akan menjadi pertimbangan utama (Toha, 2005).
Menurut Toha (2005), komponen teknologi PTT harus saling melengkapi, bila perlu dilihat kemungkinan adanya efek sinergisme antar komponen. Teknologi yang diterapkan tidak saling bertentangan atau antagonis satu dengan yang lainnya. Paket teknologi disusun untuk memecahkan masalah (bila ada) serta sesuai dengan karakterisasi lokasi setempat dan kondisi sosial ekonomi petani. Secara utuh komponen teknologi disusun untuk mengoptimalkan sumberdaya setempat, dapat menjaga kelestarian lingkungan dan dapat menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan.
Alasan pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo karena Kecamatan Sukoharjo merupakan salah satu kecamatan yang menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Selain karena kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Sukoharjo sudah maju juga karena penyelenggaraan SLPTT di Kecamatan tersebut merata. Setiap desa di kecamatan Sukoharjo masing-masing menyelenggrakan kegiatan SLPTT.